"pelangi setelah ujian"
Namaku rania, siswi kelas 9 SMP yang tinggal di sebuah kampung kecil di pinggiran kota. Aku bukan anak yang istimewa, bukan juga anak yang pintar-pintar amat. Tapi aku punya mimpi: ingin lulus SMP dengan nilai bagus dan bisa lanjut ke SMA favorit di kota.
Namun, hidup tidak selalu semudah menulis mimpi di kertas. Ayahku hanyalah buruh bangunan, dan ibuku berjualan gorengan di depan rumah. Setiap hari, selepas sekolah, aku membantu ibu menggoreng tahu dan membungkus dagangan. Kalau malam tiba, baru aku buka buku untuk belajar. Seringkali aku tertidur di atas buku yang masih terbuka.
Waktu berlalu, dan pengumuman dari sekolah pun datang: ujian kelulusan akan dimulai bulan depan. Semua teman-temanku terlihat panik. Ada yang ikut les tambahan, ada juga yang belajar kelompok. Tapi aku hanya bisa belajar dari buku pinjaman dan catatan yang aku buat sendiri.
Aku takut nggak lulus, Bu, kataku pelan sambil membantu ibu mengaduk adonan.
Ibu tersenyum dan menjawab, “Pelangi itu datang setelah hujan deras, Nak. Kamu kerja keras dulu sekarang, nanti hasilnya pasti indah.”
Kalimat itu aku simpan di hati.
Hari-hari menuju ujian terasa seperti melewati badai. Setiap hari aku belajar lebih lama, membaca sambil membantu ibu berjualan, bahkan belajar sambil berdiri di dapur. Teman-temanku kadang mengolok, Ngapain sih belajar terus? Nanti juga bisa nyontek.
Tapi aku menolak. Aku ingin lulus karena usahaku sendiri.
Ujian pun tiba. Tanganku gemetar saat memegang pensil. Tapi aku tutup mataku sejenak, mengingat kata-kata ibu. “Pelangi datang setelah hujan.” Aku tarik napas panjang, dan mulai mengerjakan soal satu per satu.
Dua minggu kemudian, hari pengumuman hasil ujian pun tiba. Pagi itu langit mendung. Aku datang ke sekolah dengan hati cemas. Saat nama-nama siswa diumumkan, aku menggenggam tangan ibu erat-erat.
Satu per satu nama disebut. Sampai akhirnya...
Rania Agusta, LULUS dengan peringkat ke-3 di sekolah!
Mataku langsung berkaca-kaca. Aku melihat ke langit, dan di sana—setelah hujan gerimis turun sejak pagi—sebuah pelangi muncul di balik awan.
Aku tersenyum dan memeluk ibu. Bu, pelanginya datang.
Ibu mengangguk, Iya, Nak. Itu hadiah dari langit untuk kerja kerasmu.